Hampir setiap pagi tempatku bekerja selalu kedatangan para pengemis, sehingga aku harus menyediakan uang receh untuk diberikan kepada mereka. Mereka terdiri dari ibu-ibu, anak-anak, bahkan laki-laki, terkadang sendiri-sendiri tapi dilain waktu datang berkelompok. Pemandangan ini selalu terjadi setiap hari dan jam-jam yang sama pula. Mungkin pertama-tama kita akan merasa kurang berkenan tetapi lama-lama terbiasa dengan pemandangan ini dan hanya bisa trenyuh.

Pengemis sedang meminta sedekah di sebuah rumah Nederlands-Indië 1910 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)
Pemandangan ini mungkin hal yang sama di setiap sudut kota, kita sering melihat para pengemis menengadahkan tangan meminta sedekah kepada orang-orang. Mereka menjalankan aktifitasnya baik dijalanan maupun berkeliling menghampiri rumah-rumah, toko-toko, pejalan kaki. Terkadang mereka menjalankan aktifitas mengemis secara individu maupun berkelompok. Permasalahan pengemis merupakan permasalahan perkotaan yang tidak pernah tuntas terselesaikan, bahkan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Segala upaya untuk mengatasi permasalahan sosial ini telah dilaksanakan melalui berbagai program baik yang dilaksanakan pemerintah maupun organisasi sosial masyarakat tetapi selalu memunculkan pengemis-pengemis baru, seakan-akan hilang satu tumbuh seribu.

Tiga orang pengemis, dua orang buta di Palembang 1920 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)
Rupanya fenomena ini membawa kita ke sebuah pertanyaan apakah dahulu pada masa kolonial Belanda pengemis juga banyak bermunculan? Rupanya setali tiga uang, pada masa kolonial Belanda dulu pengemis juga banyak bermunculan seiring dengan tingkat kemiskinan akibat massifnya industrialisasi diberbagai bidang ekonomi. Mereka yang tersingkir akibat cacat tubuh dan tidak mampu mendapatkan pekerjaan menjadi pengemis yang memenuhi jalan-jalan, berkeliling ke rumah-rumah untuk mendapatkan uang sebagai penyambung hidup mereka. Mereka membawa tongkat dan topi yang terbuat dari bambu untuk menaruh uang, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua dan anak-anak dan seseorang yang mengalami cacat terutama kebutaan. Beberapa foto masa kolonial mengabadikan bagaimana kondisi mereka di jalanan sedang melakukan aktifitas mengemis.
Berbagai upaya untuk meminimalisir perkembangan dan semakin banyaknya pengemis pun dilakukan oleh masyarakat pada masa kolonial dulu. Salah satunya adalah yang dilakukan di Semarang dengan mengadakan pelatihan menjahit bagi anak-anak pengemis yang terdapat di wilayah Semarang. Usaha yang inspiratif untuk memberikan pelatihan menjahit agar anak-anak pengemis memiliki ketrampilan sehingga masa depan mereka terjamin dan tidak menjadi pengemis kembali.
Semoga saja ada keadilan ekonomi untuk masa sekarang agar tidak bermunculan pengemis-pengemis baru akibat kemiskinan….!!!
——————–0000000000——————–
gambar zaman dulunya dpt drimana gan?
Thanks udah mampir:
ada link source dibawah gambarnya khan mbak…bisa diklik itu…itu sumbernya.
Maaf, ijin copy fotonya untuk profile picture, jazakallah
Silahkan Kang prapto…thanks sudah berkunjung..:)
maaf saya mintak ijin untuk saya cetak untuk koleksi,saya bangga dengan foto kuno yang masih ada,untuk wacana .
Thanks dan silahkan Dwi ….:)
Maaf ka, saya tertarik dengan penulisan tentang pengemis masa Hindia Belanda, kalau boleh tahu sumber penulisannya dari mana ya?
Terimakasih sebelumnya.
Foto2 dari kitlv dan coba koran2 jaman kolonial