Pedagang Kecil dan Pergerakan

Para pedagang kecil di Jawa tahun 1900 (koleksi: tropenmuseum).

Para pedagang kecil di Jawa tahun 1900 (koleksi: tropenmuseum).

Semenjak timbulnya malaise yang tidak ada habisnya, maka kaum pedagang kecil mengerti, bahwa nasib mereka itu tidak berbeda dengan nasib kaum buruh biasa belaka. Pedagang-pedagang kecil itu tidak lain, melainkan kaum buruh dari kemodalan besar. Nasib mereka tergantung pada keadaan kaum buruh dan mereka pun tidak hindar dari hisapan kaum modal besar serta jadi bola permainan kaum modal. Mereka seolah-olah “schakel dan buffer” (besi gandengan dan tatapan) antara kaum kapital dan kaum buruh serta kaum tani.

Berhubung dengan adanya kesukaran hebat di kalangan kaum buruh, maka beberapa pedagang-pedagang kecil sama jatuh dan mereka jadi terlantar. Banyaklah pedagang-pedagang kecil yang jatuh lalu jadi pengemis karena modal habis dan bekerja menjadi buruh tidak bisa. Hal yang sedemikian telah diketahui oleh pedagang-pedagang kecil. Jeleknya nasib yang diderita oleh kawan-kawannya membikin berbangkit mereka dari ketiduran dan kelembekan atau kemabukan tipu muslihat dari kemodalan.

 

Kaum pedagang kecil berbangkit

Kaum pedagang kecil yang dulunya tidak memperdulikannya pada pergerakan politik, sedikit dari sedikit berbangkit. Mereka yang dulunya hanya memikirkan hal-hal yang berhubung dengan perdagangannya, yang dulunya hanya memikirkan isi saku bajunya lalu meawaskan juga keadaan politik. Mereka pada permulaan bergerak karena kebangsaan, tetapi lama-lama lalu turut membenci kemodalan. Mereka bukan saja menunjukkan persetujuannya, tetapi mereka juga bekerja aktif.

Kaum modal dan selompret-selompretnya mengetahui bahwa “schakel dan buffernya” lalu memihak pada lawan kemodalan. Dengan tercengang kaum modal mendengar suara dari pedagang kecil berbareng-bareng dengan kaum buruh sama teriak: “Lemparlah tindasan dari kemodalan”. Dengan berdebar-debar kaum modal mendengar kabar yang pedagang ini dan pedagang itu sama membantu, baik dengan tenaga, maupun dengan harta benda pada pergerakan kaum buruh, yang hendak menentang pada kemodalan.

 

Perbantuan uang dari pedagang-pedagang kecil

Kaum pedagang kecil sama mengerti yang pusatnya pergerakan sekarang dalam kekuatan kaum buruh. Oleh karena itu mereka tak sayang membantu suara kaum buruh yang berteriak: “Kita akan bergerak sekuat-kuatnya untuk menentang pada lawan kita”.

Dengan mendongkol kaum modal mengetahui, yang pedagang-pedagang sama memberi bantuan uang pada pergerakan. Berhubung dengan itu, maka kaum modal lalu juga pada pedagang-pedagang kecil. Tetapi pedagang-pedagang tadi mengerti yang kaum modal tidak bisa berbuat apa-apa padanya, selain fitnahan. Pun mereka mengetahui yang kemodalan butuh pada “schakel dan buffer” tadi. Pulutan, tipuan dan akalan dari kemodalan untuk memecah belah perhubungan rapat antara pedagang kecil dan kaum buruh tidak berhasil lagi, bahkan bertambah lama bertambah besar adanya.

 

Kejadian yang melebarkan perpisahan

Kecuali dari keadaan jelek yang memaksa pada pedagang-pedagang kecil bersatu barisan dengan kaum buruh, ada satu kejadian besar yang melebarkan perpisahan antara kemodalan dan pedagang-pedagang kecil yaitu kejadian di Tiongkok dan di Arab, terutama di Mesir.

Berhubung dengan kekejaman imperialisme di Tiongkok terhadap pada Rakyat Tionghoa, maka di Tiongkok terjadilah pertentangan hebat antara Rakyat Tiongkok dan imperialisme asing. Pertengkaran Rakyat Tionghoa dan imperialisme asing itu menarik hati bangsa Tionghoa di seluruh dunia. Bangsa Tionghoa di mana-mana telah memberi persetujuan pada aksi bangsa Tionghoa menentang imperialisme asing, baik dengan perbantuan uang, tenaga atau pikiran hingga membikin takut imperialisme asing, yang dulunya sombong, tetapi lalu kelihatan tidak kuatnya berhadapan pada kemarahan Rakyat Tiongkok yang dulu dihina, ditindas dan diperas oleh imperialisme asing yang membuat Rakyat Tiongkok bersikap “tunggu meawaskan”. Tetapi percayalah, bahwa imperialisten akan merasa sakit matanya karena meawaskan kemarahan Rakyat Tionghoa itu.

 

Persetujuan dari pihak Tionghoa pada Pergerakan Kaum Buruh di mana-mana

Berhubung dengan kejadian di Tiongkok sebagai tersebut di atas, pedagang-pedagang Tionghoa lalu menunjukkan persetujuannya pada pergerakan kaum buruh di lain-lain tempat.

Satu dua surat kabar Tionghoa yang dipimpin oleh penakut dan berhaluan pengkhianat pergerakan Rakyat sama tidak laku lagi dan diserang oleh surat-surat kabar Tionghoa lainnya.

 

Perbantuan Tenaga dan lain-lain Pihak Tionghoa

Suara-suara revolusioner dari surat-surat kabar Tionghoa telah membangunkan pada bangsa Tionghoa. Orang-orang Tionghoa di mana-mana yang dulu kala kebiasaan tidak memperdulikan pada politik lalu berbangkit. Dari sana sini terdengarlah, bahwa bangsa Tionghoa turut-turut ambil bagian aktif dalam pergerakan politik serta vakbond. Dengan gagah berani bangsa Tionghoa, terutama yang belum kebanyakan memakan tipu muslihat dari kemodalan, bersiap di samping barisan Rakyat untuk menentang pada kemodalan.

Pedagang-pedagang Tionghoa kebanyakan lalu mengerti kepentingan persatuan antara Rakyat Tionghoa dan kaum buruh di lain-lain negeri. Mereka pun tidak tinggal diam. Dengan tak sayang mereka memberi bantuan uang pada pergerakan.

Kaum pedagang Tionghoa mengerti, bahwa Rakyat, kaum buruh, sama bertanding dengan kaum modal, tetapi mereka kekurangan uang. Oleh karena itu pedagang-pedagang membantu uang secukupnya untuk menguatkan pertandingan kaum buruh menentang kaum majikan. Hal itu sudah tentu menjadikan kurang senangnya kemodalan, tetapi kaum modal tak bisa berbuat apa-apa, kecuali fitnahan, yang dijatuhkan pada satu dua orang, katanya sebagai percontohan.

 

Tambah Keras

Sebagai juga lepasan pada kaum buruh, yang dipergunakan bagi percontohan untuk menakut-nakuti pada lainnya kaum buruh, itu tidak akan mengendurkan kerasnya pergerakan kaum buruh, begitu juga fitnahan dan kekejaman yang dijatuhkan pada satu dua orang Tionghoa itu tidak akan melembekkan kerevolusioneran bangsa Tionghoa. Orang Tionghoa yang dapat fitnahan karena pergerakan lalu bertambah revolusionernya karena bertambah mendongkol hatinya.

Orang-orang Tionghoa yang tambah revolusionernya karena mendongkol hatinya sebab fitnahan itu lalu memberi propaganda pada kawan-kawannya. Mereka menyebur di kalangan Tionghoa intelek, dengan cita-cita revolusioner dan mengkritik habis-habisan pada teman-temannya yang suka menjilat dan berhaluan pengecut.

Beberapa orang Tionghoa telah menjadi korban pergerakan dan korban-korban itu menambah kuat bangsa Tionghoa dalam pergerakan. Tidak kurang-kuranglah orang Tionghoa yang berkeliling buat menggugah teman-temannya supaya berevolusioner. Hal itu membikin tambah takutnya kaum modal.

 

Persetujuan dari Pihak Arab

Golongan orang-orang Arab, pun dulu kala kurang memperhatikan pada pergerakan politik. Setelah mereka mengerti bahwa keadaan ekonomi bergoncang dan sebagian dari mereka jatuh terlantar mereka lalu berbangkit. Kejadian-kejadian di dunia Islam di Marokko, Mesir, Stamboel dan Perzie, menunjukkan pada golongan Arab di lain-lain tempat bahwa mereka tidak seharusnya tinggal diam dan mereka harus mempelajari ayat-ayat yang revolusioner dalam kor’an dan kitab Islam.

Dengan begitu sebentar saja kaum muslimin lalu menjadi revolusioner dan mereka tak suka menjadi korban tipuan dari satu dua orang yang menjanjikan omongan-omongan supaya mereka tinggal diam, tinggal tawakal.

Mereka jadi revolusioner sebab keadaan mereka sudah tidak menyetujui pada omongan-omongan lembek tersebut di atas. Dari sana-sini kita mendengar suara yang amat revolusioner dari pihak muslimin yang menyetujui pada pergerakan kaum buruh untuk menjatuhkan kemodalan yang merendahkan kemanusiaan itu.

(Surat kabar API, 2 Maret 1926).

Tinggalkan komentar