“…Tinju gadis itu antara sebentar terangkat, kadang telunjuknya menuding. Telapak tangannya yang halus itu malahan pernah menggebrak meja podium. Mukanya yang pucat jadi merah berseri, kelelahan lenyap dari wajahnya.
Tiba-tiba terdengar pekikan keluar dari kerongkongan putrinya. Ia tak dengar apa yang dikatakannya. Dan kepala gadis itu menunduk takzim, memberi hormat pada hadirin.Tepuk tangan dan seruan Hidup Juffrouw Soendari berderai tiada kan habis-habisnya, mengiringinya turun dari podium.”[1]