Sekolah Hakim dan Dokter Pandangan Tirto Adhi Soerjo

 

Sekolah Kedokteran STOVIA tahun 1902 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Sekolah Kedokteran STOVIA tahun 1902 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Dalam surat mingguan Jong Indie, tuan Zaalberg Hoofd Redacteur Bataviaasch Nieuwsblad sudah ajak bangsanya Indo Europeaan beramai-ramai bermohon pada staten Generaal mudah-mudahan sekolahan-sekolahan dokter dan hakim dibuka buat bangsa Europa.

Sudah lama surat kabar bataviaasch Nieuwsblad menambur pembukaannya sekolahan dokter itu buat bukan anak negri, dan tuan Colijn yang baru ini diangkat jadi lid Staten Generaal sudah membicarakan keperluannya sekolahan hakim dibuka buat bangsa Europa, karena ini maka tuan Zaalberg berseru dalam Jong Indie seperti yang sudah diceritakan di atas. Baca lebih lanjut

Opas sang Penjaga dan Pelayan

Dua opas Asisten Residen di Jawa tahun 1870 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Dua opas Asisten Residen di Jawa tahun 1870 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Oppasser atau oppas dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia dapat diartikan sebagai penjaga atau pelayan. Oppasser (opas) memang bagian dari kehidupan masa lampau Hindia Belanda. Oppasser dapat dikatakan bagian dari pekerja domestik bagi keluarga-keluarga Belanda maupun bangsawan dan pejabat pemerintahan kolonial yang tinggal di Hindia Belanda juga ia adalah para pegawai rendahan di instansi milik pemerintah kolonial Belanda. Baca lebih lanjut

Para Tukang Cukur Rambut

Tukang cukur di Jawa 1935 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Tukang cukur di Jawa 1935 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Rambut memang anugrah tersendiri yang dimiliki manusia. Ia bisa merubah penampilan seseorang, bisa membuat sebuah ekspresi politik sebagai bentuk perlawanan terhadap status quo. Rambut juga menjadi sebuah simbol kesehatan yang dimanfaatkan oleh beberapa produk kecantikan untuk menjual barang mereka. Dalam banyak artian dapat dikatakan bahwa rambut memiliki makna budaya dengan berbagai macam ragamnya. Maka aktivitas mencukur rambut bukan semata-mata rutinitas untuk memendekan rambut, tetapi memiliki makna lebih dari itu. Baca lebih lanjut

Para Propagandis

Semaoen dan Darsono Propagandis Sarekat Islam (Koleksi: Gambar pada buku DE COMMUNISTISCHE BEWEGING IN NEDERLANDSCH-INDIE karya J. TH. PETRUS BLUMBERGER)

Semaoen dan Darsono Propagandis Sarekat Islam (Koleksi: Gambar pada buku DE COMMUNISTISCHE BEWEGING IN NEDERLANDSCH-INDIE karya
J. TH. PETRUS BLUMBERGER)

“…Tinju gadis itu antara sebentar terangkat, kadang telunjuknya menuding. Telapak tangannya yang halus itu malahan pernah menggebrak meja podium. Mukanya yang pucat jadi merah berseri, kelelahan lenyap dari wajahnya.

Tiba-tiba terdengar pekikan keluar dari kerongkongan putrinya. Ia tak dengar apa yang dikatakannya. Dan kepala gadis itu menunduk takzim, memberi hormat pada hadirin.Tepuk tangan dan seruan Hidup Juffrouw Soendari berderai tiada kan habis-habisnya, mengiringinya turun dari podium.”[1]

Baca lebih lanjut

Toilet Pada Masa Lampau

Wc di atas kolam di Jawa 1925 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Wc di atas kolam di Jawa 1925 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Masalah kesehatan memang berkaitan dengan kebersihan, maka banyak slogan-slogan yang mengkaitkan kebersihan dengan kesehatan. Mulai kesehatan pribadi hingga lingkungan, semua telah diatur dengan cermat agar individu menjadi sehat dan masyarakat menjadi kuat.

Wc di Pinggir kali di Nederlands-Indië 1925 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Wc di Pinggir kali di Nederlands-Indië 1925 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Berbicara masalah kebersihan dan kesehatan juga tidak dapat dilepaskan dengan berbagai budaya masyarakat yang melingkupinya. Masyarakat Eropa yang datang ke Indonesia pada masa kolonial jelas menganggap masyarakat kita sebagai masyarakat yang kotor baik secara pribadi maupun lingkungan. Maka budaya sanitasi Eropa mulai diterapkan kepada masyarakat Indonesia, salah satunya adalah buang air terutama buang air besar. Baca lebih lanjut

Komunisme dan Pan-Islamisme: Pidato Tan Malaka pada Kongres Keempat Komunis Internasional 12 November 1922

Tan Malaka Bersama Anggota Komintern pada Kongres Komintern ke-4 tahun 1922

Tan Malaka Bersama Anggota Komintern pada Kongres Komintern ke-4 tahun 1922

Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh Tan Malaka pada Kongres Keempat Komunis Internasional di Moscow 12 November 1922. Mengambil masalah dengan tesis yang disusun oleh Lenin dan diadopsi pada Kongres Kedua, yang telah menekankan perlunya sebuah “perjuangan melawan Pan-Islamisme”, Tan Malaka berpendapat untuk pendekatan yang lebih positif. Tan Malaka (1897-1949) terpilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921, tetapi pada tahun berikutnya dia dipaksa untuk meninggalkan Hindia Timur oleh pemerintah kolonial. Setelah proklamasi kemerdekaan pada bulan Agustus 1945, ia kembali ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Dia menjadi pemimpin dari Partai Murba (Partai Proletar), yang dibentuk pada tahun 1948 untuk mengatur oposisi kelas pekerja terhadap pemerintahan Soekarno. Pada Februari 1949 Tan Malaka ditangkap oleh tentara Indonesia dan dieksekusi. Baca lebih lanjut