Pedagang Arang Masa Kolonial

Penjual Arang tahun 1867 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Arang telah menjadi bagian dari masyarakat masa lampau sebagai sumber bahan bakar untuk memasak. Arang yang berasal dari kayu yang masih sehat memungkinkan digunakan oleh masyarakat karena lebih memiliki nilai lebih daripada kayu bakar. Bahan membuat arangpun mudah didapat pada masa lampau karena hutan menyediakan kayu yang melimpah. Industri arang bukan industri besar tetapi industri rumah tangga masyarakat. Industri ini memasok kebutuhan bahan bakar untuk memasak masyarakat kota. Hal ini dapat kita saksikan pada beberapa foto di bawah ini:

Wanita penjual Arang di Solo 1928 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Wanita rupanya memerankan peranan penting dalam perdagangan ini, karena sebagai ujung tombak pemasaran arang dalam gambar di atas adalah para wanita. Arang-arang dalam gambar tersebut akan dibawa ke kota untuk diperjualbelikan, tanpa alat angkut dan hanya berjalan kaki wanita-wanita hebat ini tealah menjadi bagian dari perekonomian keluarga.

Anak-anak dan Wanita membawa Arang untuk diperjualbelikan di Mandar Sulawesi Barat 1937 (koleksi: http://www.kitlv.nl)

Sekarang penggunaan arang semakin sedikit, dan di solo biasanya arang dipergunakan untuk bahan bakar memasak bila perayaan-perayaan perkawinan, dan penggunaan terbanyak ada pada pedagang Hiks atau Angkringan. Hal ini dimungkinkan karena semakin menyempitnya sumber bahan baku arang tersebut dan juga terutama penggunaan teknologi memasak yang baru dengan bahan bakar Gas.

Tetapi pedagang arang ini tentunya tidak bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat sekecil apapun peran mereka dalam perjalanan sejarah.

———–0000————-

 

 

1 comments on “Pedagang Arang Masa Kolonial

  1. Ping-balik: Pedagang Arang Masa Kolonial | BALTYRA

Tinggalkan komentar