SI Semarang dan Onderwijs (1921)

Sekolah Lagere School di Jawa 1920 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Kekuasaan Kaum – Modal Berdiri atas didikan yang berdasar kemodalan.
Kekuasaan Rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan didikan kerakyatan.

Sarekat Islam Semarang menjadi model pergerakan yang memberikan pendidikan kepada masyarakat yang berbeda dari model pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Model pendidikan yang dirancang oleh Tan Malaka melalui brosur kecilnya pada tahun 1921 menunjukan pendidikan kerakyatan, pendidikan yang mendekatakan murid terhadap realitas sosial masyarakatnya. Pendidikan yang akan membawa murid-murid sekolah Sarekat Islam Semarang menjadi pemimpin-pemimpin pergerakan melawan kekuasaan kolonial Belanda.

Tulisan Tan Malaka mengenai sekolah Sarekat Islam Semarang dan pendirian sekolah Sarekat Islam ini, mengharuskan pemerintah kolonial Belanda untuk menangkap dan membuang Tan Malaka ke luar Hindia Belanda. Tan Malaka dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan bagi kekuasaan kolonial Belanda. Brosur singkat ini member gambaran bagaimana sekolah Sarekat Islam Semarang didirikan dan dijalankan. Baca lebih lanjut

Perkembangan Buruh dan Organisasi Buruh Awal Abad 20

Buruh Wanita di Pabrik Kapuk 1900 (Koleksi: Tropen Museum TMnr_60020393)

Tulisan ini adalah Cuplikan tulisan dari buku Gerakan Serikat Buruh Jaman Kolonial Hingga Orde Baru karangan Edy Cahyono dan Soegiri DS Terbitan Hasta Mitra yang berbentuk e-book. Dengan cuplikan ini kita dapat melihat bagaimana perkembangan transformasi petani menjadi buruh dan penderitaan buruh dibawah kekuasaan modal yang mulai masuk ke Hindia Belanda bagai banjir dengan perkebunan-perkebunannya hingga munculnya organisasi buruh yang mencoba untuk memperjuangkan kaum buruh yang tertindas pada masa kolonial Belanda. Baca lebih lanjut

Pedagang Kaki Lima (PKL) Pada Masa Kolonial Belanda

Koleksi Sanapustaka Kraton Kasunanan Surakarta

 

 

Pedagang kaki lima (PKL) sebuah usaha perdagangan masyarakat yang telah ada dan berkembang sejak jaman kolonial Belanda. Ketika pemerintah kolonial menguasai industri-industri perkebunan maupun industri besar lainnya, pemerintah kolonial Belanda memberikan hak istimewa kepada masyarakat Tionghoa sebagai masyarakat timur jauh untuk menjadi pedagang perantara dari hasil industri kolonial Belanda. Baca lebih lanjut

Penarik Sampah di Surabaya Tahun 1911

penarik sampah di surabaya th 1911 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Sampah rupanya sudah menjadi problem perkotaan sejak jaman kolonial dulu, sehingga usaha-usaha untuk memperindah kota serta meningkatkan sanitasi masyarakat dilakukan oleh pemerintah kolonial. Sanitasi kota terutama ketersediaan pengangkutan sampah dan pengelolaan sampah dilakukan cukup serius.

Penarik sampah di Soerabaja 1911 (2) (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Gambar di atas memperlihatkan petugas pengangkut sampah dengan gerobak kayu yang ditarik oleh lembu sedang berhenti di sebuah kompleks perumahan. Gerobaknya terisi penuh oleh sampah produksi masyarakat. Alat yang digunakan sangat sederhana tetapi menjadikan kota Surabaya cukup terlihat Asri pada jaman kolonial dulu.

——————000000—————

Pemburu Anjing Liar Jaman Kolonial

 

Anjing sebenarnya hewan yang bersahabat dan penuh kesetiaan. Keberadaan hewan ini bagi sebagian masyarakat mampu menjadi penjaga keamanan tetapi bagi penguasa malah dianggap sebagai pengganggu dan penyebar penyakit rabies, sehingga pemerintah menyatakan bahwa anjing2 liar ini patut dimusnahkan. Menjelang Sea Games  ke-26 di Palembang, Dinas PeternakanKabupaten Sumatera Selatan mencanangkan gerakan pembasmian anjing-anjing liar tersebut guna suksesnya acara olahraga se ASEAN. Pembasmian anjing-anjing liar di wilayah Jaka Baring ini menggunakan racun yang mematikan. Sebuah ironi.

Mari kita perhatikan gambar pada masa kolonial di atas, aktifitas masyarakat di atas pada jaman kolonial adalah sebagai pemburu anjing-anjing liar (Hondenvangers) yang berkeliaran di jalan-jalan kota, cara menangkap anjing-anjing ini cukup sederhana menggunakan kait dan bambu, tanpa membunuh anjing-anjing tersebut dan setelah tertangkap dimasukkan ke dalam gerobak yang telah disiapkan.

Mungkin Dinas Peternakan Kabupaten Sumatera Selatan perlu belajar menangani anjing-anjing liar dari sejarah agar tidak melakukan pembantaian hewan terutama anjing-anjing liar.

————–0000000——————

Penjual Sayur Keliling

Penjual sayur keliling pada masa kolonial menjajakan dagangan mereka dengan pikulan. Berkeliling ke setiap pelosok desa, menawarkan sayur mayur hasil dari kebun mereka yang tidak begitu besar kuantitasnya. Bertelanjang dada, bercaping berjalan tanpa menggunakan alas kaki.

Memasuki jaman modern sekarang penjual sayur keliling semakin langka ditemui karena pusat jual beli berpindah ke pusat-pusat perdagangan besar, pasar tradisional dan mal-mal. Sayur mayur yang dijual di pasar-pasar tradisional dan mal-mal sekarang pun tidak banyak berasal dari kebun-kebun sendiri tetapi banyak mengimpor dari luar negeri.

Perdagangan kecil sekarang perlahan-lahan mati, dan mal-mal besar mengambil alih peran pedagang sayur keliling ini, kapitalisme besar selalu mematikan rakyat kecil…..