Pedagang Ayam Keliling Masa Kolonial

Pedagang ayam keliling di Jawa 1867 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Pedagang ayam keliling di Jawa 1867 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Mengulas aktifitas masyarakat tempo dulu selalu menarik walaupun dengan sedikit keterbatasan dalam hal data sejarah. Tetapi memang seharusnya bahwa setiap individu, kelompok masyarakat memiliki sejarah sendiri dan layak untuk ditulis walaupun tidak mendetail. Atau dapatlah kita sebut sebagai serpihan, puzzle, potongan yang akan melengkapi bagaimana masa lalu bergerak dan digerakkan. Sejarah memang tidak seharusnya dikuasai oleh tokoh-tokoh besar tanpa memberi ruang bagi masyarakat kecil untuk ditulis. Mungkin mereka tidak terlalu berarti bagi perubahan besar sejarah manusia tetapi setidaknya mereka berarti bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Maka tidak heran bahwa keberadaan masyarakat yang beraktifitas secara individu sering terlewatkan. Padahal aktifitas tersebut hingga saat ini masih bisa kita lihat. Baca lebih lanjut

Penukar Uang (Geldwisselaars) Pada Masa Kolonial

Geldwisselaars 1853-1856 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Hari Raya Idul Fitri, memang masih beberapa minggu lagi, tetapi masyarakat telah siap-siap menantikan hari raya tersebut. Dan biasanya yang menarik adalah bahwa pada hari raya Idul Fitri tersebut masyarakat memberikan sejumlah uang kepada para tamu, terutama anak-anak yang datang ke rumah mereka dalam acara silahturahmi. Hal ini juga dilakukan dalam adat masyarakat Tionghoa dengan memberikan angpao pada hari raya Imlek. Apakah kebiasaan masyarakat kita ini adopsi dari budaya Tionghoa atau memang sejak jaman dahulu sudah ada? Sebuah pertanyaan yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Tetapi yang lebih menarik adalah terutama di kota Solo, dan mungkin juga di kota-kota besar lainnya, biasanya seminggu sebelum hari raya Idul Fitri banyak masyarakat yang berdiri di jalan utama kota Solo sambil membawa berbagai bendel uang pecahan kecil mulai dari ribuan hingga puluhan ribu. Mereka adalah para penukar uang (dalam Belanda disebut geldwisselaars) Uang tersebut akan dipertukarkan kepada masyarakat yang membutuhkan uang kecil tersebut sebagai angpao di hari raya Idul Fitri nanti. Biasanya para penukar uang ini akan diberikan jasa sebesar lima hingga sepuluh persen dari masyarakat yang menukarkan uangnya. Baca lebih lanjut

Bondowoso Exhibitions 1898

Gapura Pameran Budaya dan Ekonomi Bondowoso 1898 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Perkembangan kota tidak adapat dilepaskan dari berbagai aktivitas masyarakat tersebut di dalam mengelola berbagai keunggulan kota tersebut. Pada masa sekarang keunggulan kota di perkenalkan dan “dijual” melalui berbagai cara. Baik secara penanaman modal baik dalam negeri maupun asing ataupun dengan memperkenalkannya melalui berbagai event-event baik event-event pameran kebudayaan, maupun event-event ekonomi. Event-event kebudayaan ini bahkan telah ada sejak lama dan masih terus berlangsung dan terpelihara hingga kini seperti Sekaten di wilayah Solo dan Jogjakarta maupun Jakarta Fair di Jakarta yang lebih modern. Event-event tersebut merupakan perpaduan antara event budaya dan ekonomi yang hendak diperkenalkan dan dijual kepada masyarakat. Tentunya event-event ini menarik animo besar masyarakat untuk datang dan menjadi bagian dari event tersebut atau sekedar menyaksikan kemeriahan suasana. Baca lebih lanjut

Penjual Sayur Keliling

Penjual sayur keliling pada masa kolonial menjajakan dagangan mereka dengan pikulan. Berkeliling ke setiap pelosok desa, menawarkan sayur mayur hasil dari kebun mereka yang tidak begitu besar kuantitasnya. Bertelanjang dada, bercaping berjalan tanpa menggunakan alas kaki.

Memasuki jaman modern sekarang penjual sayur keliling semakin langka ditemui karena pusat jual beli berpindah ke pusat-pusat perdagangan besar, pasar tradisional dan mal-mal. Sayur mayur yang dijual di pasar-pasar tradisional dan mal-mal sekarang pun tidak banyak berasal dari kebun-kebun sendiri tetapi banyak mengimpor dari luar negeri.

Perdagangan kecil sekarang perlahan-lahan mati, dan mal-mal besar mengambil alih peran pedagang sayur keliling ini, kapitalisme besar selalu mematikan rakyat kecil…..