“Lezing” Sebuah Tulisan RA Siti Soendari Mengenai Organisasi

Wanita-wanita Jawa pada Tahun 1910 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Siti Soendari aktif dalam Organisasi Inlandsche Journalistenbond dan Redaktur pada majalah wanita Wanitosworo. Ini adalah tulisannya yang dimuat di Doenia Bergerak No. 2 Tahun 1914.

“Oleh karena banyak saudara-saudara yang kepengin tahu lezingnya Raden Ajoe Siti Soendari, Redactie tijdschrijft Wanito Sworo, Secretaresse Budi Wasito, Lid Journalistenbond, guru sekolah anak perempuan di Pacitan, yang di baca oleh Pengarang Sarotomo pada waktu algemeene vergadering I.J.B. menjadi perlu hal itu kami siarkan di sini, demikianlah bunjinya”:

Maaflah tuan yang berhadlir di sini! Saja Raden ayu Siti Soendari guru sekolah anak perempuan di kota Pacitan, sudah antara lama mengandung kemasgulan di dalam hati, yang hidupnya orang-orang kecil, sangat tidak dihargakan oleh bangsa tengahan, istimewa pula bangsawan-bangsawan. Halnya kita orang dapat berhidup senang ini, lantaran dari daya keringatnya orang-orang kecil. Jikalau kita tidak dapat pertolongannya orang kecil, kita tentu terpaksa bekerja sendiri dengan mandi keringat. Menjadi hilanglah kebesaran dan kemuliaan kita. Oleh karena itu tidak pantas sekali orang-orang kecil disia-sia atau dibuat semau-maunya. Hal itu saya puji kepada Allah mudah-mudahan lekas dinyahkan dari luar bumi adanya. Adapun sebabnya saya menaruh kemasgulan di dalam hati itu, karena bakal keturunan saya kelak, tentu banyak yang menjadi orang kecil, tertimbang yang jadi bangsa tengahan atau bangsawan. Baca lebih lanjut

Hari Kartini dan Karnaval Kebaya

Wanita pada Masa Kolonial dengan Kebaya 1900 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Ada fenomena menarik setiap tahun bila kita merayakan Hari Kartini, pasti dimana-mana baik dilingkungan lembaga pemerintah hingga lembaga pendidikan, kita akan menyaksikan para wanita mengenakan pakaian Kebaya sebagai manifestasi perayaan Hari Kartini tersebut. Hal ini bisa dianggap bahwa memaknai Hari Kartini dapat dilakukan melalui penggunaan identitas yang dipakai oleh sang tokoh sehingga tidak begitu penting lagi untuk mengkaji bahwa perjuangan Kartini harus diungkap lebih luas karena dalam keterkungkungan budaya feodal dan mulai munculnya sebuah gerakan emansipasi melalui pendidikan yang dapat mensejajarkan diri dengan bangsa penjajah Belanda, Kartini tetap mengikuti sebuah kebudayaan feodal dalam bentuk pemakaian baju Kebaya dengan gaya dan motif yang telah digariskan oleh sebuah kekuasaan feodal. Hanya melalui tulisan-tulisannya Kartini berkeluh-kesah tentang keterkungkungannya terhadap budaya feodal itu sendiri. Baca lebih lanjut

Hilangnya Suara Alu dan Lesung

Illustrasi wanita sedang menumbuk padi 1851 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

Berapa banyak lagi tradisi yang harus hilang digilas oleh kemajuan teknologi? Kemungkinan akan semakin banyak dan banyak lagi tradisi masyarakat desa yang dilakukan sebagai local genius mereka hilang tak berbekas tanpa jejak. Tradisi masyarakat desa diciptakan bukan sekedar sebagai aktifitas semata-mata tetapi memiliki nilai sosial bagi masyarakat pendukungnya. Dengan tradisi inilah interaksi sosial pedesaan berjalan secara harmonis. Baca lebih lanjut