RENTEN

 

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Api baru-baru ini telah mengabarkan tentang pidatonya Baldwin, yang kata bahwa apabila pemerintah-pemerintah yang sekarang memegang kekuasaan negeri itu hendak berlaku hemat, maka pemerintah-pemerintah tadi haruslah meninggikan pajak-pajak.

Pidato dari Baldwin tadi terutama ditujukan pada pemerintahan Inggris, tetapi itu juga sebagai peringatan kepada pemerintah lain-lain negeri, yang menurut verslag-verslag begrooting  ternyata begitu royal dan begitu dalam terendam dalam lautan pinjaman. Baca lebih lanjut

Pihak Perempuan Juga Harus Mengenal Politik

Buruh perempuan di perkebunan tembakau di Jawa 1920

Buruh perempuan di perkebunan tembakau di Jawa 1920

Tulisan di bawah ini merupakan tulisan seorang perempuan mungkin juga ibu rumah tangga yang sangat apik mengutarakan bagaimana seharusnya peran perempuan dalam masa pergerakan nasional. Tulisan yang sederhana tetapi dalam bingkai analisis klas yang jarang ditemukan dalam masa pergerakan nasional dan ditulis oleh seorang perempuan. Koran Api memang kerap mempublikasikan tulisan-tulisan tokoh pergerakan nasional perempuan baik lokal maupun nasional.

Selamat membaca dan Selamat Hari Ibu, Perempuan Sejati!!!! Baca lebih lanjut

Pemogokan di Stooomkoffie Brandery Karangredjo di Blitar

 

Perkebunan kopi Karangredjo di Blitar 1925 (koleksi: www.kitlv.nl)

Perkebunan kopi Karangredjo di Blitar 1925 (koleksi: http://www.kitlv.nl)

Pada tanggal 25 November 1925 kaum buruh di Stoomkoffie Brandery Karangredjo kira-kira jam 9.30 sama didatangi oleh serombongan polisi terdiri dari asisten residen, patih, asisten wedana dan lain-lainnya, berhubung dengan tuntutannya kaum buruh di situ pada tanggal 23 ini bulan. Waktu itu juga mesin pabrik diberhentikan dan sebagian kaum buruh yang dianggap berbahaya dilepas lebih dulu, sedang yang ketinggalan di situ sama dikumpulkan dan dibujuk dengan perkataan manis-manis, agar itu tidak membikin pemogokan. Di situ patih tanya: “siapa yang akan mogok?” Lalu ada 5 pegawai yang maju dihadapan patih, yang mana mereka itu terus dituntut saja dan ditahan di algemeene polisi, tetapi lalu dilepaskan lagi, dengan ancaman jika mereka itu berjalan-jalan mendekati pabrik akan ditangkap. Baca lebih lanjut

Perubahan Hak Memilih Buat Gemeenteraad Sikap Kommunist Terhadap Parlementarisme (Bagian II)

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Pada postingan kali ini kami memberikan lanjutan tulisan di Surat Kabar Api mengenai “Perubahan Hak Memilih Buat Gemeenteraad Sikap Kommunist Terhadap Parlementarisme”. Tulisan yang cukup panjang yang menjelaskan bagaimana kaum komunis bergerak dalam parlemen, sejarah parlemen, dan keinginan kaum komunis untuk menerapkan sistem pemerintahan Soviet. Dalam pemerintahan yang demikian itu semua sumber-sumbernya penghidupan, seperti: pabrik, tanah, tambang, rumah-rumah, kapal, spoor dan lain-lainnya, jadi kepunyaannya Rakyat yang bekerja, dan tidak jadi kepunyaannya satu-dua orang kapitalis saja seperti dalam pergaulan kapital. Baca lebih lanjut

Komunisme dan Pan-Islamisme: Pidato Tan Malaka pada Kongres Keempat Komunis Internasional 12 November 1922

Tan Malaka Bersama Anggota Komintern pada Kongres Komintern ke-4 tahun 1922

Tan Malaka Bersama Anggota Komintern pada Kongres Komintern ke-4 tahun 1922

Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh Tan Malaka pada Kongres Keempat Komunis Internasional di Moscow 12 November 1922. Mengambil masalah dengan tesis yang disusun oleh Lenin dan diadopsi pada Kongres Kedua, yang telah menekankan perlunya sebuah “perjuangan melawan Pan-Islamisme”, Tan Malaka berpendapat untuk pendekatan yang lebih positif. Tan Malaka (1897-1949) terpilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921, tetapi pada tahun berikutnya dia dipaksa untuk meninggalkan Hindia Timur oleh pemerintah kolonial. Setelah proklamasi kemerdekaan pada bulan Agustus 1945, ia kembali ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Dia menjadi pemimpin dari Partai Murba (Partai Proletar), yang dibentuk pada tahun 1948 untuk mengatur oposisi kelas pekerja terhadap pemerintahan Soekarno. Pada Februari 1949 Tan Malaka ditangkap oleh tentara Indonesia dan dieksekusi. Baca lebih lanjut

Hindia Belanda dalam Balutan Iklan Kapitalisme

Iklan Kipas angin Sinpo 2 Agustus 1940

Iklan Kipas angin Sinpo 2 Agustus 1940

Suara microphone terdengar nyaring di depan alun-alun Kraton Surakarta menawarkan sebuah produk obat. Orang-orang yang berlalu-lalang pun tersenyum karena kata-kata penawaran obat tersebut dalam bahasa Jawa sangat lucu dan menarik. Ya, itulah bentuk promosi dari obat segala macam penyakit ,“Moonlite” yang setiap hari terdengar di sekitar alun-alun Kraton Surakarta dekat dengan pasar Klewer. Menarik, karena bentuk iklan atau promosi barang semacam ini merupakan bentuk iklan yang paling tua dan masih dipergunakan. Baca lebih lanjut