​Pendirian Kaoem ‘Oelama di Indonesia

Pembaca sekalian, teroetama Rajat Islam nistjaja memgetahoei bahwa pendirian kaoem ‘Oelama itu dalam peredaran Islam adalah begitoe tinggi deradjadnja, karena mereka itoe seolah-olah memberi penerangan dan soeloeh bagi keselamatan Rajat jang bodoh dan doengoe oentoek berdjalan atas djalan jang bener dan loeroes atau dengan perkata’an lain menoeroet akan pergaoelan hidoep oemoem asal sadja tidak liwat dari batas alam.
Kebanjakan Rajat Islam Jang bersifat konservatif (paham toea) menjoenjoeng akan pangkat ‘Oelama begitoe tinggi, walaupoen ‘Oelama itoe berlakoe bagaimana joega pada mereka itoe, mereka itoepoen masih senantiasa menoeroet sadja akan ‘Oelama itoe dengan bersoenggoeh-soenggoeh lagi menaroeh takoet di dalam hatinja, seolah-olah mereka itoe bertoehan ‘Oelama itoe, pada hal telah begitoe terang dan njata bahwa kelakoean ‘Oelama itu liwat batas keislaman.

Keada’an jang sematjam itoe hingga sekarang poen masih berboeah djoega, seolah-olah mereka (Rajat) itoe telah kehilangan pikirannya.

Berhoeboeng dengan kepertjajaan Rajat jang begitoe tinggi terhadap kepada ‘Oelama, maka dalam achir zaman ini (zaman kemodalan) laloe terbitlah sikap dan taktiek kaoem modal kang begitoe haloes oentoek menjerat Batang leher segenap Rajat di Indonesia agar dapat diperas, ditindas dan dihisap peloeh mereka itoe hingga habis sama sekali, dengan djalan mengambil ‘Oelama-‘Oelama disoeroeh menaboerkan ilmoe Islam jang Reaksioner (Islam P.E.B) baik dalam Madjallah-madjallah maoepoen dalam Madrassah atau poen di dalam Choetbah dan lain-lainnya poela.

Roepa-roepanja berhasillah kaoem P.E.B. memoetar lidahnja dengan bertopeng agama Islam sebagai menjoeal djimat penolak bahaja, mendjadi doekoen ini dan itoe dan penanggoeng dosa, atau membanjak-banjakkan wirid, d.l.s. jang ta’ perloe, akan tetapi lambat laoen nistjaja hilanglah djoega pengaroeh ‘Oelama-‘Oelama itoe, karena berhoeboeng dengan tindasan-tindasan jang menimpa atas diri anak moerid itoe, sehingga mereka itoe djatoeh dalam kesengsaraan dan sadarkan diri tentang kesalahan dan ketjoerangan ‘Oelama-‘Oelama itoe, karena mereka tentoe akan mengetahoei, bahasa mereka itoe maka nistjaja mereka mempoenjai sikap kerevolusioneran.

Walaoepoen kaoem ‘Oelama itoe telah mengetahoei akan kesalahannya sendiri terhadap kepada Igama dan Rajat tetapi mereka itoe hanja tinggal diam karena apabila mereka itoe berlakoe dengan benar sebagai perintah Igama, maka nistjaja mereka itoe akan kehilangan penghatsilannja jang tak sedikit itoe, lagi poela apabila mereka itoe ternjata berhaloean sedikit merah setidak-tidaknja mereka akan dapat tegoran dari pihak pemerintah di Indonesia ini, kadang-kadang mereka haroes masoek dalam kandang tikoes, dan kalaoe perloe mereka akan di asingkan dari tanah toempah darahnja sebagai jang telah terdjadi atas dirinya H. Batoeah, N. Zainoeddien, dan H.M. Misbach. Kapitalisme memaksa kepada ‘Oelama-‘Oelama itoe oentoek berlakoe jang ta’ senonoh, dengan djalan memoetar haloean Rajat ke djalan jang sesat, serta dengan bertopeng (hidjab masker) Igama Islam jang berarti poela bahwa pendirian ‘Oelama-‘Oelama Islam pada dewasa ini telah djatoeh dalam tangan kapitalisme atau mendjadi perkakas kapitalist semata-mata.

Melihat akan hal di atas itoe, mengetahoeilah kita, bahasa pendirian ‘Oelama itoe diroesak oleh kapitalisme, seakan-akan kapitalismelah jang mendjadi Toehan di doenia ini, sedang Igama apa sadja sekarang didjadikan alat oentoek menambah keoentoengannja.

Maka dari itoe, hai segenap Rajat Islam jang tjinta akan Igamanja, bersatoelah dengan pikiran dan tenaga, dan koeatkanlah akan pendirian kaoem Kommunisten karena ialah pahlawan Rajat jang sedjati, jang ta’ takoet dan tiada poela gentar akan mata bahaja, sebab apabila kapitalisme masih ada di doenia, nistjaja Rajat dan Igama Islam tidak akan dapat berdiri dengan sempurna!

(Wahabi)

Api, 12 November 1925.

RENTEN

 

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Kediaman Gubernur Jendral Batavia (Foto Koleksi: Kraton Kasunanan Surakarta)

Api baru-baru ini telah mengabarkan tentang pidatonya Baldwin, yang kata bahwa apabila pemerintah-pemerintah yang sekarang memegang kekuasaan negeri itu hendak berlaku hemat, maka pemerintah-pemerintah tadi haruslah meninggikan pajak-pajak.

Pidato dari Baldwin tadi terutama ditujukan pada pemerintahan Inggris, tetapi itu juga sebagai peringatan kepada pemerintah lain-lain negeri, yang menurut verslag-verslag begrooting  ternyata begitu royal dan begitu dalam terendam dalam lautan pinjaman. Baca lebih lanjut

Pedagang Kecil dan Pergerakan

Para pedagang kecil di Jawa tahun 1900 (koleksi: tropenmuseum).

Para pedagang kecil di Jawa tahun 1900 (koleksi: tropenmuseum).

Semenjak timbulnya malaise yang tidak ada habisnya, maka kaum pedagang kecil mengerti, bahwa nasib mereka itu tidak berbeda dengan nasib kaum buruh biasa belaka. Pedagang-pedagang kecil itu tidak lain, melainkan kaum buruh dari kemodalan besar. Nasib mereka tergantung pada keadaan kaum buruh dan mereka pun tidak hindar dari hisapan kaum modal besar serta jadi bola permainan kaum modal. Mereka seolah-olah “schakel dan buffer” (besi gandengan dan tatapan) antara kaum kapital dan kaum buruh serta kaum tani. Baca lebih lanjut

Para Propagandis

Semaoen dan Darsono Propagandis Sarekat Islam (Koleksi: Gambar pada buku DE COMMUNISTISCHE BEWEGING IN NEDERLANDSCH-INDIE karya J. TH. PETRUS BLUMBERGER)

Semaoen dan Darsono Propagandis Sarekat Islam (Koleksi: Gambar pada buku DE COMMUNISTISCHE BEWEGING IN NEDERLANDSCH-INDIE karya
J. TH. PETRUS BLUMBERGER)

“…Tinju gadis itu antara sebentar terangkat, kadang telunjuknya menuding. Telapak tangannya yang halus itu malahan pernah menggebrak meja podium. Mukanya yang pucat jadi merah berseri, kelelahan lenyap dari wajahnya.

Tiba-tiba terdengar pekikan keluar dari kerongkongan putrinya. Ia tak dengar apa yang dikatakannya. Dan kepala gadis itu menunduk takzim, memberi hormat pada hadirin.Tepuk tangan dan seruan Hidup Juffrouw Soendari berderai tiada kan habis-habisnya, mengiringinya turun dari podium.”[1]

Baca lebih lanjut

Perkara Bom H. M. Misbach di Boeang?

Surat Kabar Neratja 17 Maret 1924 (Koleksi: Perpustakaan Sana Pustaka Kraton Surakarta)

Dalam beberapa soerat kabar poetih soedah dikabarkan, bahwa perkaranja Hadji Misbach tidak dapat diperiksa dalam landraad, karena tiada boekti-boektinja  jang perkaranja haroes dibawa ke landraad. Sekarang orang soedah dapat mengatakan bahwa Hadji Misbach tiada boektinja, hingga hari ini masih sadja ditahan boei. Inilah jang tidak mengertikan tingkah lakoenja wakil pemerintah. Apakah ini djoega disetoedjoei oleh Bogor? Soeatoe pertanjaan mesti ada boentoetnja.

Masih sadja orang beloem poeas hatinja dengan siksaan ini, jaitoe menahan orang (manoesia) jang tidak bersala. Sekarang ditjarikan djalan lain, soepaja Hadji Misbach dapat diboeang dari tanah kelahirannja.Ini tidak dengan alasan lain, melainkan pemerintah di Bogor ada koeasa memboeang orang dari soeatoe tempat ketempat lain atau dari tanah Hindia ke negeri lain, jang berdasarkan soeatoe artikel dalam regeeering reglement. Orang jang koeasa memang boleh sadja mendjalankan kekoeasaannja. Ini soedah semesthinja. Tetapi oerang tentoenja djoega merasa bahwa kekoesaan itu diberikan kepada jang hanja dilakoekan atau terpakai djika ada sebab-sebabnja. Baca lebih lanjut

PERTARUNGAN ELIT: SURAKARTA MASA PERGERAKAN NASIONAL

Soesoehoenan van Soerakarta, Pakoe Boewono X dan Ratoe Mas 1915 (Koleksi: http://www.kitlv.nl)

A. Munculnya Elit Modern dan Pergerakan Nasional

Pergerakan nasional sebagai fenomena historis adalah hasil dari perkembangan berbagai faktor seperti faktor ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan dengan berbagai interrelasinya. Sehingga pergerakan nasional menjadi sebuah fenomena yang kompleks dan multidimensional, maka pemakaian pendekatan multidisiplinerlah yang memungkinkan untuk menerangkan berbagai segi dari pergerakan nasional. Oleh karena itu, pergerakan nasional dapat dianggap sebagai gerakan ekonomi, sosial, politik, ataupun kebudayaan. Hal itu terwujud dengan jelas pada berbagai organisasi nasional dan secara eksplisit menentukan tujuan-tujuannya yang menjadi orientasi setiap aktivitas mereka.[1]

Perkembangan nasionalisme sebagai sebuah gerakan modern di Hindia Belanda tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial, budaya dan politik yang terjadi pada awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial Belanda melakukan berbagai perubahanan mendasar bagi terciptanya ide-ide dan pola-pola gerakan modern bagi masyarakat Hindia Belanda melalui serangkaian kebijakkan politis. Kebijakkan pemerintah kolonial yang sangat terkenal di dalam  memberikan perubahan mobilitas sosial masyarakat adalah kebijakkan politik etis[2] dengan pendidikan sebagai salah satu mata pisaunya. Baca lebih lanjut