Berapa banyak lagi tradisi yang harus hilang digilas oleh kemajuan teknologi? Kemungkinan akan semakin banyak dan banyak lagi tradisi masyarakat desa yang dilakukan sebagai local genius mereka hilang tak berbekas tanpa jejak. Tradisi masyarakat desa diciptakan bukan sekedar sebagai aktifitas semata-mata tetapi memiliki nilai sosial bagi masyarakat pendukungnya. Dengan tradisi inilah interaksi sosial pedesaan berjalan secara harmonis.
Teknologi pertanian memungkinkan hilangnya tradisi menumbuk padi yang menggunakan alu dan lesung dari kehidupan masyarakat pedesaan. Sejarah dan mitologi mencatat bagaimana alu dan lesung menyelamatkan Roro Joggrang dari hasrat Bandung Bondowoso yang akan meminangnya sebagai istri. Ketika Rara Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi sudah hampir rampung, sang putri berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia kemudian memerintahkan agar membakar jerami di sisi timur. Maka langit terlihat seperti telah pagi hari, ayam-ayam jantan berkokok akibat alunan suara tumbukan padi dan cahaya merah hasil pembakaran jerami. Dengan peristiwa ini maka usaha Bandung Bondowoso gagal untuk memperistri Rara Joggrang.
Alunan suara alu dan lesung juga membangunkan ayam-ayam yang sedang tertidur hingga berkokok menandakan waktu telah pagi hari dan dijadikan patokan masyarakat untuk beraktifitas. Beberapa foto jaman kolonial menunjukkan bagaimana masyarakat desa, terutama perempuan sedang melakukan aktifitas menumbuk padi. Kegiatan ini dilakukan baik secara individu maupun berkelompok dan kebanyakan masyarakat melakukannya secara berkelompok diikuti oleh berbagai percakapan-percakapan sehari-hari.
Sekarang kita hanya bisa melihat aktifitas masyarakat menumbuk padi di sebagian kecil desa dengan wajah-wajah yang muram dan juga msaih bisa kita lihat di desa-desa wisata bukan sebagai aktifitas sosial masyarakat tetapi sebagai objek tontonan. Kondisi ini menyedihkan ataukah memang harus terjadi???..
——————————————————-0000000000000000000000000000000———————————————————
pastinyaa.. ada sebagian yang datang dan ada sebagian yang pergi.. salam!
Ya memang harus diakui mas, hilangnya tradisi lama dan munculnya tradisi baru tetapi sangat disayangkan juga bahwa nilai-nilai sosial kebersamaan ikut hilang. Masyarakat semakin individualis sehingga memunculkan konflik karena saluran komunikasi yang macet…menurut saya ini yang disayangkan, karena menumbuk padi sejatinya menumbuhkan ikatan sosial masyarakat desa.
Kau benar. Ada semangat gotong-royong yang hilang digantikan oleh deru mesin-mesin teknologi. Sesuatu yang mungkin kelak akan diratapi oleh kita yang pergi menjenguk masa lalu di museum-museum 🙂
Ping-balik: Catatan Tentang Sebuah Blog Sejarah « Lapak Aksara
betapa indahnya masa lalu yg pnuh dg keakraban, dan kealamian..
Bagaimana sy bisa kontak dg pengelola situs ini. Terimakasih. Akhmad Fikri, penerbit LKiS
Mas bisa via facebook atas nama joko prayitno atau email phesolo78@gmail.com atau nomer telp 02719103496. Thks mas
Ping-balik: Fun Farming